Materi Manusia dan kesusastraan
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1
Pendekatan Kesustraan
2.2
IBD yang dihubungkan
2.3
Nilai-Nilai dalam Prosa Fiksi
2.4
IBD yang dihubungkan dengan Puisi
BAB
3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat
dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan,
dan meresapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu
bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran,
perasaan dan kemauan secara naluriah
memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa
seninya, baik secara aktif dalam
kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan
apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif,
yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa
seolah-olah kita memasuki suatu alam
rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni
yang nampaknya rupa seolah-olah hanya
dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu
kadang-kadang seni rupa itu lebih
disamakan dengan seni visual.
BAB 2 PEMBAHASAN
Manusia dan
Kesusastraan
2.1 Pendekatan Kesusastraan
Ilmu
budaya dasar atau bahasa luarnya di sebut basic humanities. Kata humanities
awalnya berasal dari negara inggris yang berarti dalam bahasa indonesia adalah
sastra. kata humanities berasal dari bahasa latin yang artinya adalah berbudaya
dan halus. Sastra dalam arti khususnya itu biasa kita gunakan dalam kebudayaan
adalah ekspresi dan isi hati dari perasaan manusia yang diungkapkan dalam
bentuk pandangan cerdas yang dituangkan dalam bentuk sesuatu hal yang
mencerminkan sebuah keindahan, Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari
dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su
berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan
dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa,
bentuk, maupun isinya.
Pengertian
Sastra Dan Seni Dalam Pengertian Umum
Sastra
(Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’,
yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar
‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau
“sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi.
Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang
sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya.
Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang
menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Sastra
meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan
sebagainya yang dalam arti khusus dapat kita gunakan dalam konteks kebudayaan,
adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, sastra adalah hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya
melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Selain itu dalam arti
kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan
(sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau
pemikiran tertentu.
Pengertian
Sastra Menurut Para Ahli
Mursal
Esten (1978 : 9)
Sastra
atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif
sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai
medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Semi
(1988 : 8)
Sastra.
adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah
manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Panuti
Sudjiman (1986 : 68)
Sastra
sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
Ahmad
Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan
adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain
sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
Eagleton
(1988 : 4)
Sastra
adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan
bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan,
didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
Plato
Sastra
adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya
sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model
kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia
ide.
Aristoteles
Sastra
sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Robert
Scholes (1992: 1)
Tentu
saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda
Peranan
Sastra
Prosa,
puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom, berita, surat,
proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata, pidato, ceramah, transkripsi
percakapan, wawancara, iklam, propaganda, doa dan sebagainya semuanya jadi
termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa. Semua sektor kehidupan, seluruh
aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang
jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa
dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu
dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna. Demikianlah mahasiswa yang sedang
menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan dengan sastra
Bagaimana
dengan puisi dan prosa yang merupakan bagian dari kesusastraan (baca: sastra
yang indah). Apakah puisi dan prosa juga berguna bagi semua mahasiswa, sehingga
bukan saja jurusan bahasa dan sastra tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan
eksakta berkepentingan mengkaji sastra? Apa seorang yang ingin menjadi
insinyur, dokter, diplomat, pengusaha, perwira, pemimpin politik, ahli hukum,
negarawan dan ulama, perlu membaca sastra?
Kesusastraan
(prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya
saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu.
Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan
mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya. Untuk itu memang diperlukan
kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam
sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat
penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra,
kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra semakin tenggelam
hanya sebagai hiburan. Sastra memang memiliki potensi yang hebat untuk
menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya
dengan bisnis dan industri juga meyakinkan.
Dalam
berbahasa pun mulai memperlihatkan keseragaman berbahasa yang hampir
kejakarta-jakartaan bahasanya. Selain itu sinetron juga memberikan efek bagi
psikologis dan psikis penontonnya. Begitupun budaya sudah semestinya dalam
salah satu unsurnya yang mampu memberikan sumbangan dalam pengembangan bahasa
itu sendiri. Untuk itu perlu kiranya dilihat sejauh mana peranan sastra dan
budaya dalam pengembangan bahasa, khususnya dalam karya-karya sastra sehingga
kita dapat gambaran yang jelas peranan dari kedua hal tersebut.
2.2 Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan
dengan prosa
Istilah prosa banyak padanannya. Kadang disebut narrative fiction, prose
fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering
diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita
atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya
dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
A. Pengertian
Prosa
Prosa
adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme
(rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan
arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus
terang”. Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,
ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi
dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa
indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang
dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
B.
Jenis-jenis Prosa
Di
dalam kesusastraan bahasa Indonesia kita, ada beberapa macam prosa antara lain:
Prosa
naratif : karangan yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian
dengan tujuan agar pembaca seolah – olah mengalami kejadian yang diceritakan
itu.
Prosa
deskriptif : karangan yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca
seolah – oleh melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
Prosa
eksposisi : karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan
sejelas – jelasnya.
Prosa
argumentatif : karangan yang berisi idea tau gagasan yang dilengkapi data – data
kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
Prosa
Persuasif : karangan yang disampaikan dengan cara – cara tertentu, bersingfat
ringkas, menarik pembaca, hingga pembaca terhanyut oleh siratan ininya.
Tetapi
dari sekian banyaknya jenis-jenis prosa ini hanya ada 2 jenis prosa yang paling
sering dibahas, yaitu prosa lama dan prosa baru.
C.
Komponen Dalam Prosa Lama
a.
Sejarah
Sejarah
(tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari
suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan
dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah
raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan
masyarakat lama. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja
alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
b.
Kisah
Kisah,
adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu
tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah
Abdullah ke Jedah.
c.
Dongeng
Dongeng,
adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya,
yaitu sebagai berikut :
*Fabel,
adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral
(biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya,
Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung
Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan
lain-lain.
*Mite
(mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap
sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai
Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya
Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
*Legenda,
adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat
atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
*Sage,
adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian,
kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung
Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
*Parabel,
adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan
menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan
Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
*Dongeng
jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan
masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang, Pak
Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
d.
Cerita pelipur lara
Suatu
karya sastra yang berisikan kejenakaan. Karya sastra ini bertujuan untuk
melipur lara atau membuat pembaca melupakan sedihnya.
e.
Hikayat
Hikayat
adalah cerita karya sastra lama yang berbentuk riwayat yang mengisahkan hal-hal
di luar kenyataan yang berkembang di lingkungan istana. Ciri-ciri hikayat
yaitu:
Bersifat
istana centris.
Anonim
(nama pengarang tidak dicantumkan).
Berkembang
secara stetis.
Bersifat
imajinatif, bersifat khayalan.
Lisan,
karena disebarkan dari mulut ke mulut.
Berbahasa
klise, meniru bahasa penutur sebelumnya.
D.
Komponen Dalam Prosa Baru
a.
Roman
Roman
adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan
segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari
masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan
menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk
dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan
kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai
berikut:
*Roman
transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung
pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar
Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah
Muda oleh Adinegoro.
*Roman
sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat.
Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang
bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia
oleh Adinegoro.
*Roman
sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis,
peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah.
Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang
Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
*Roman
psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari
segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat
Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh
Armijn Pane.
*Roman
detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman
ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya
membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh
Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b.
Novel
Novel
berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru
yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling
menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut
mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel
pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang
dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya
Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang,
Surabaya oleh Idrus.
c.
Cerpen
Cerpen
adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik
atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul
Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d.
Riwayat
Riwayat
(biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup
pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto
Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e.
Kritik
Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan
memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang
sifatnya objektif dan menghakimi.
f.
Resensi
Resensi
adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama,
dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari
berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga
disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.
g.
Esai
Esai
adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat
sangat subjektif atau sangat pribadi. dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.
2.3 Nilai-nilai dalam prosa fiksi.
Terdapat pula
jenis prosa lain yaitu prosa friksi. Prosa fiksi yaitu cerita rekaan dan
diartikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran,
lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Berdasarkan narasumber yang didapat, berikut adalah nilai – nilai yang
diperoleh pembaca lewat sastra adalah :
a. Prosa fiksi memberikan kesenangan: prosa ini dapat membuat pembaca
sehingga pembaca seperti mengalami cerita tersebut sendiri.
b. Prosa fiksi memberikan informasi: kita bisa mendapatkan informasi hingga
yang sangat asing dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
d. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi dua,yaitu :
a) Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya, mengajak
pembaca mengikuti yang dikehendaki zamannya.
b) Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, mengajak
pembaca untuk merenung.
2.4 Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan
puisi
Apa itu puisi ?,
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam
dan Tuhan melalui media bahasa artistik/estetik yang padu dan utuh dipadatkan
kata-katanya. Kreatifitas penyair dalam membangun puisinya biasanya disertai
dengan :
1) Penggunaan majas – majas. Figura bahasa gaya
personifikasi,metafora,perbandingan alegori,sehingga puisi menarik.
2) Kata-kata yang ambiquitas,yaitu kata-kata yang bermakna
ganda.
3) Kata-kata yang berjiwa,yaitu kata-kata yang sudah berisi suasana
tertentu,berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup.
4) Kata yang berkonotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi
nilai-nilai,rasa,dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5)
Kata pengulangan
BAB 3 PENUTUP
3.1
Keismpulan
Masalah
sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi
yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan
seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya.
Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia
berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1.
Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg
biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2.
Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak
positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai
budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan
mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia
bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .
3.2
Saran
Ketika
seseorang memiliki ilmu budaya dasar dan sifat kesusastraan , pasti dapat
membuat pelihat hasil cipta karyanya menghayati dan melakukan hal positif
dengan hasil cipta karya yang di buat. untuk itu bagi seseorang yang
telah mampu melakukan hal tersebut yaitu membuat suatu cipta karya yang
dapat di hayati oleh orang lain dan membuat perubahan bagi pelihat hasil cipta
karya saya hanya memberi masukan sedikit, tuangkanlah hal-hal yang positif agar
suatu ketika ada pelihat hasil cipta karya dapat menirukan hal yang positif
yang memiliki nilai ke indahan, dan jangan buat cipta karya yang negatif yang
dapat merusak pemikiran manusia dan membuat manusia melakukan hal -hal yang
positif.
Sumber : Nugroho, Widyo dan
Muchji, Achamad. (1991). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Univesitas Gunadarma